Berita Hawzah– Ayatullah Jawadi Amuli, dalam pelajaran akhlak di Masjid jami' Qom yang dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat, melanjutkan penjelasannya tentang kata-kata mutiara di dalam Nahjul Balaghah. Dengan mengutip sabda Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam dalam hikmah ke-184, {مَا شَکَکْتُ فِی الْحَقِّ مُذْ أُرِیتُهُ}, beliau menyatakan: "Dalam sabda ini, Imam Ali bin Abi Thalib 'alaihissalam berkata, 'Ketika kebenaran itu ditunjukkan kepadaku, aku tidak pernah ragu lagi padanya.' Ucapan Amirul Mukminin ini menunjukkan bahwa makrifat sejati diperoleh melalui jalan 'penyampaian dan penyaksian', bukan semata-mata melalui pelajaran dan diskusi. Dan penyaksian ini bukanlah melihat dengan mata kepala, melainkan melihat dengan mata hati."
Beliau menekankan: "Sebagaimana manusia memperoleh ilmu melalui perantara badan seperti mata dan telinga, begitu juga, dengan melalui perantara batiniah manusia bisa mendapatkan hakikat dan kebenaran. Allah Swt telah menetapkan dua madrasah (sekolah) bagi manusia: satu adalah madrasah lahiriah, yang jalannya terbuka bagi semua orang, di mana manusia melalui pengajaran dan penelitian di sekolah dan universitas, bisa memperoleh ilmu-ilmu lahiriah. Dan yang lainnya adalah madrasah batin, yang melalui penyucian jiwa (tazkiyatun nafs), pembinaan akhlak (tahdzib), dan kesucian (thaharah) mengantarkan kepada kebenaran. Menggabungkan kedua jalan ini, yaitu ilmu lahiriah dan penyaksian batin (syuhud bathini), adalah mungkin dan sangat diinginkan."
Beliau (Ayatullah Jawadi Amuli) menambahkan: "Manusia memiliki dua jenis penglihatan; penglihatan mata (Indrawi) dan penglihatan hati (Basirah). Di alam mimpi pun kita mengalami bahwa ruh manusia memiliki mata dan telinganya sendiri. Sebagaimana ilmu lahiriah diperoleh dengan usaha dan pembelajaran, makrifat batiniah juga diperoleh dengan penyucian diri (tazkiyatun nafs) dan inspeksi diri (murāqabah) terhadap pandangan, pendengaran, dan perbuatan manusia."
Beliau (Ayatullah Jawadi Amoli),dengan mengacu pada pembagian makrifat menjadi 'Jalan Mulk '¹ dan 'Jalan Malakut'², berkata: "Pelajaran dan pengalaman membuat manusia menjadi seorang yang alim (ilmuwan) atau faqih (ahli fikih), tetapi jalan batin membuat manusia menjadi seorang 'arif (yang mengenal Allah) dan 'basir' (yang memiliki basirah). Akan tetapi, tidak semua orang berhasil mencapai penyaksian langsung (syuhūd) terhadap alam Malakut, tetapi Allah Swt telah membukakan jalann menuju ke alam Malakut bagi setiap orang; kita harus berusaha untuk 'melihat'!.
Kemudian, Beliau menegaskan bahwa Allah Swt dalam Al-Qur'an berbicara kepada hamba-hamba-Nya dengan adab yang paling tinggi, dan menambahkan: "Al-Qur'an adalah kitab adab, dan seluruh isinya menunjukkan penghormatan kepada manusia. Allah berfirman kepada kita: {وَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِیمَ}, 'Dan ikutilah millah (agama) bapakmu Ibrahim', artinya kalian adalah anak keturunan Ibrahim Khalillullah (kekasih Allah) dan kalian harus mengetahui kemuliaan diri kalian. Tidak ada kartu identitas yang lebih tinggi daripada yang disebutkan Al-Qur'an untuk kita. Karena Al-Qur'an sangat menghormati dan menghargai kita."
Dalam kelanjutannya, Ayatullah al-Udzma Jawadi Amuli, dengan mengutip ayat suci {وَ کَذَٰلِکَ نُرِی إِبْرَاهِیمَ مَلَکُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ},"Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (kami) di langit dan bumi..." (QS.Al-An'am: 75), bersabda: "Sebagaimana Allah menunjukkan hakikat batin alam semesta kepada Nabi Ibrahim as, anak-anak keturunan Ibrahim juga diperintahkan untuk memandang dan merenungi alam malakut (kerajaan langit dan bumi). Allah Yang Mahasuci berfirman kepada kita: {أَوَلَمْ یَنْظُرُوا فِی مَلَکُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ}, 'Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi...?' (QS. Al-A'raf: 185), artinya kalian juga harus melihat, bahkan 'melihat' (dengan mata hati). Ajakan untuk menyaksikan alam malakut ini adalah puncak penghormatan Ilahi kepada manusia."
Catatan kaki:
1.(Thariq al-Mulk): Merujuk pada jalan memperoleh ilmu lahiriah melalui indra, akal, pendidikan formal, dan eksperimen (seperti di hauzah dan universitas). Ini adalah jalan menuju menjadi alim atau faqih.
2.(Thariq al-Malakut): Merujuk pada jalan penyucian batin (tazkiyah) untuk mencapai makrifat dan penyaksian spiritual (syuhud). Ini adalah jalan menuju menjadi arif (Wali Allah).
Your Comment